Keraguan
seperti ini tidak sedikit terjadi disekitar kita. Rasanya sulit sekali
menjadi manajer untuk pertama kalinya. Takut, ragu-ragu, cemas atau justru
terlalu antusias hingga sering salah perhitungan. Padahal bukan tidak mungkin
kesempatan pertama menjadi manajer ini menjadi awal tangga karier yang lebih
tinggi.
Apa artinya menjadi manajer ?
Ketika seseorang ditempatkan di posisi
manajer untuk pertama kalinya, ia harus mengubah sikap dan kebiasaannya. Dulu
ia hanya bertanggungjawab atas hasil kerjanya sendiri. Sekarang dengan jabatan
barunya ini, selain pada dirinya sendiri ia juga bertanggungjawab dan berwenang
merencanakan dan mengawasi pekerjaan bawahannya agar mencapai target yang telah
ditetapkan perusahaan. Ibaratnya sebuah orkestra musik, yang dulunya pemain
gitar dan cuma perlu konsentrasi main gitar, sekarang sebagai manajer berarti
ia menjadi sang dirijen. Ia harus mengkoordinir para pemain musik lainnya dan
tentunya harus mengetahui cara memainkan setiap instrumen musik. Dari analogi
tersebut jelas terlihat sebagai manajer
baru seseorang harus punya ketrampilan baru, pengetahuan baru dan perilaku
baru. Dulu ketika sebagai pelaksana hanya “dibayar” untuk mengerjakan tugas
sendiri, tetapi setelah menjadi manajer tentunya harus bisa memastikan apakah
pekerjaan bawahan dikejakan sebagaimana mestinya.
Tanggungjawab dan wewenang yang serba jelas
Untuk memulai dengan baik, bukan hanya
sang manajer baru tapi juga para bawahan dan pihak-pihak lain yang terkait
harus tahu persis posisi dan keberadaan manajer baru.
Apa dan siapa yang menjadi tanggungjawabnya dan wewenang apa saja yang
benar-benar dimilikinya. Caranya adalah pelajari job discription dengan cermat, tanyakan pada atasan sampai dimana
tanggungjawabnya. Yang juga penting adalah wewenang anda, misalnya pada hal teknis,
apakah boleh memberi instruksi kerja atau sampai memberi rekomendasi. Setelah
semua serba jelas, komunikasikan pada bawahan dan rekan kerja yang terkait
supaya mereka paham “daerah kekuasaan” anda.
Pandai-pandai membawa diri
Dalam mengelola bawahan, manajer baru harus
belajar untuk menyeimbangkan tiga hal yang sering bertentangan :
1. Harus berlaku tegas
dan adil untuk setiap bawahan tetapi juga memperlakukan mereka sebagai individu yang kadang-kadang punya masalah spesifik.
2. Harus mendorong
mereka agar hasil kerjanya selalu prima, tetapi juga harus bisa mentoleransi
kesalahan dan keterbatasannya.
3. Harus mengontrol
bawahan tetapi juga memberi otonomi agar mereka tidak terus tergantung pada
anda.
Ketiga hal diatas
bukan tugas yang mudah. Dalam menghadapi situasi yang serta dilematis ini, yang
harus menjadi tugas utama anda bukan lagi mengatur bawahan tapi menampilkan
kepemimpinan yang merangsang tumbuhnya iklim kerja yang produktif. Caranya
pelajari beberapa jenis gaya kepemimpinan, analisa dan tentukan mana yang
kira-kira cocok. Coba terapkan dengan fleksibel untuk menyelesaikan masalah
dalam pekerjaan, atau belajar pada para manajer terdahulu yang tentu sudah
lebih kenal situasi departemen yang dipimpinnya.
Mengambil keputusan yang efektif
Sebagai manajer tentu akan selalu
dikelilingi masalah yang menuntut adanya jalan keluar yang jitu. Masalah itu
sendiri umumnya beragam mulai dari masalah teknis, keuangan, masalah politis
perusahaan sampai hubungan antar karyawan. Dalam banyak kasus, seringkali
ketepatan keputusan yang anda buat menjadi ukuran efektif sebagai manajer. Ada
empat tahap sederhana yang perlu dilalui dalam memecahkan masalah, yaitu :
1.
Identifikasi
masalah dengan benar
2.
Kumpulkan dan pilih
alternatif jalan keluar
3.
Terapkan jalan
kelur yang telah dipilih
4. Periksa apakah
solusi yang dijalankan betul-betul berhasil menyelesaikan masalah.
Selain itu dalam melakukan proses diatas, perlu diingat :
1.
Mungkin dapat
muncul beberapa solusi dan sulit untuk memilih solusi mana yang terbaik
2. Menyelesaikan satu
masalah dapat menimbulkan masalah-masalah baru.
3.
Beberapa masalah
tidak mempunyai penyelesaian yang memuaskan.
4. Seringkali tidak
mempunyai cukup waktu dan sumber daya untuk menjalankan solusi yang ideal.
5. Berpikir tentang
memecahkan masalah dapat membuat sulit untuk melihat masalah sebagai tantangan
positif dan kesempatan.
positif dan kesempatan.
Bagaimana mendelegasikan tugas
Seringkali
terungkap bahwa manajer yang efisien ternyata mereka yang “pandai” mendelegasikan tugas yang tepat pada
orang yang tepat.
Tiga hal penting
yang membuat manajer baru dapat mendelegasikan tugasnya dengan baik adalah :
1. Mereka harus
menyadari dan menerima perbedaan antara mengelola orang dengan mengelola tugas.
Memang seringkali hal ini dirasakan sebagai proses yang sulit.
Memang seringkali hal ini dirasakan sebagai proses yang sulit.
2. Hambatan yang ada
seringkali berupa minat pribadi. Biasanya seorang manajer baru, ahli dalam
mengerjakan dan menyukai tugas-tugas yang bersifat teknis dengan baik. Mereka takut keahliannya ini
meluntur karena sebagai manajer mereka akan jarang melakukan tugas-tugas teknis.
mengerjakan dan menyukai tugas-tugas yang bersifat teknis dengan baik. Mereka takut keahliannya ini
meluntur karena sebagai manajer mereka akan jarang melakukan tugas-tugas teknis.
3. Perasaan tidak
aman. Manajer baru seringkali tidak tahu kepada siapa mereka bisa percaya dan
bagaimana mereka mengetahui kompetensi, integritas dan motivasi para bawahannya. Padahal sebagai
manajer harus mempercayai seseorang untuk mengerjakan tugas yang ada.
bagaimana mereka mengetahui kompetensi, integritas dan motivasi para bawahannya. Padahal sebagai
manajer harus mempercayai seseorang untuk mengerjakan tugas yang ada.
Bagaimana akhirnya para manajer belajar mendelegasikan tugas ? Umumnya, keadaanlah yang menyadarkan mereka bahwa pekerjaan mereka terlalu banyak dan komplek untuk diselesaikan sendiri.
Belajar membuat perencanaan
Seorang manajer tidak bisa bersikap seperti
diatas. Bahkan sebaliknya, seorang manajer harus bersikap proaktif. Tentunya
anda harus mempertimbangkan dengan cermat hal-hal dibawah ini :
- Bagaimana anda ingin suatu tugas/proyek dijalankan?
- Bagaimana hasilnya jika anda tidak melakukan tindakan apapun?
- Bagaimana caranya membuat masa depan semirip mungkin dengan apa yang
diinginkan pada pertanyaan pertama?
Singkatnya, anda memerlukan perencanaan. Dalam membuat
perencanaan, seorang manajer harus mengacu pada tujuan yang ingin dicapai,
bagaimana menerapkannya, serta melakukan evaluasi.
Perlukah
melakukan pengawasan yang ketat pada bawahan ?
Kontrol
merupakan inti dari tugas manajerial. Tapi sayangnya kata-kata ini seringkali
ditafsirkan negatif oleh para bawahan. Prinsip utama dari pengawasan adalah
yang dikontrol bukanlah orang-orang tapi proyek/tugasnya, kejadian, sumber daya
dan aktivitas-aktivitas yang didalamnya melibatkan para bawahan anda.
Sebagai
manajer, supaya anda dapat tetap mengontrol, ada beberapa hal harus diingat :
- Buatlah standar kerja dan batas waktu yang ingin dicapai
- Monitor kerja kelompok anda dan carilah feedback atas apa yang terjadi.
- Bandingkan apa yang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi (yang
diharapkan terjadi)
- Temukan performa kerja yang berada dibawah standar yang ditentukan.
- Bertindaklah untuk memperbaiki kesalahan
Bagaimana atasan berkomunikasi dengan bawahan?
Tidak bisa ditawar-tawar lagi, manajer
harus terampil berkomunikasi. Ia harus mampu mengkomunikasikan ide-ide dan
perasaaanya kepada bawahannya. Tanpa komunikasi yang baik, kerja kelompok tidak
mungkin dilakukan. Setiap orang akan bekerja sesuai dengan idenya masing-masing
dengan caranya masing-masing.
Bagi para manajer baru, komunikasi ini
dapat menjadi kunci keberhasilan dalam memimpin. Tapi ingat, anda tidak hanya
berkomunikasi dengan bawahan, tapi juga dengan atasan anda dan pihak-pihak lain
dalam divisi anda. Barangkali, kiat komunikasi yang terbaik bagi seorang
manajer baru adalah jadilah pendengar yang baik. Tampung sebanyak mungkin
informasi yang relevan dengan tugas anda. Pikirkan baik-baik sebelum bereaksi
atas apa yang diutarakan orang lain. Jujur dan terbuka terhadap bawahan adalah
keharusan, supaya mereka juga bisa seperti itu dan bisa percaya pada anda.
Mengatur waktu dengan bijaksana
Waktu merupakan “musuh terbesar” para
manajer. Waktu merupakan sumber daya yang vital dan tidak pernah dirasakan
cukup. Bagi para manajer, terutama manajer baru, waktu dirasakan sangat singkat
sekali hingga mereka harus bekerja sambil makan siang, membawa kertas-kertas
tugas ke rumah. Umumnya keadaan ini terjadi karena mereka belum terbiasa
mengikuti ritme kerja barunya.
Kemampuan mengelola waktu seringkali
menjadi ukuran baik tidaknya seorang manajer.
Intinya kalau anda tidak bisa mengatur diri sendiri, mana mungkin bisa
mengatur orang lain. Nyatanya, seringkali para manajer tidak dapat mengelola waktu
dengan baik. Misalnya, cenderung mengerjakan tugas yang menarik lebih dahulu
daripada tugas yang penting yang seharusnya menjadi prioritas. Juga sering siap
sedia menolong permasalahan orang lain, padahal sebenarnya mereka dapat
menyelesaikannya sendiri.
Untuk dapat mengelola waktu dengan
efektif, anda harus “memotong” beberapa tugas. Jangan melakukan tugas-tugas
yang seharusnya tidak anda lakukan, misalnya tugas-tugas yang tidak terlalu
penting, atau tugas-tugas yang dikerjakan oleh bawahan. Anda juga harus bekerja
dengan lebih efisien dan jangan membuang-buang waktu. Buatlah rencana harian
sampai bulanan karena tentunya sebagai manajer anda akan mempunyai segunung
tugas yang harus dikerjakan.
Belajar bagaimana seharusnya belajar
Jika ingin sukses, manajer baru harus mau
memacu dirinya sendiri untuk belajar. Secara teratur cobalah instropeksi diri,
cari dan analisalah umpan balik dari orang lain. Ketika dipromosikan, akan
sangat bermanfaat jika manajer baru membuat daftar siapa-siapa yang dapat
dipercayai untuk mengerjakan tugas bawahan, atasan, kelompok atau associate dari dan luar perusahaan. Sebaiknya manajer baru juga mempunyai catatan
perkembangan kariernya. Ada seorang manajer yang mempunyai kebiasaan untuk
menyediakan waktu beberapa menit setiap hari untuk memikirkan “kesalahan
terbesar yang dilakukan dan hikmah yang dapat diambil”. Ada juga yang membuat
catatan tentang pengalaman 3 bulan pertamanya menjadi manajer. Cara yang sederhana ini dapat membantu anda untuk
belajar dari pengalaman lebih cepat.
Jangan malu untuk meminta bantuan orang
lain. Mereka yang punya network luas,
dan tidak segan-segan meminta bantuan orang lain karena akan lebih mudah untuk
beradaptasi dalam tahun pertamanya menjadi manajer. Memperluas jaringan komunikasi demi karier merupakan langkah yang tepat. Karena semakin luas
jaringan komunikasi yang dibangun, semakin banyak pula masalah yang dapat
diselesaikan. Berdiskusi dengan kelompok, dapat bermanfaat karena diskusi yang
demikian cenderung bersifat informal
dimana manajer dapat dengan bebas mencari tahu ide-ide dan masalah yang
tersembunyi. Tapi sayang banyak manajer
baru yang enggan untuk bertanya, karena merasa sebagai manajer seharusnya
merekalah tempat bertanya.
Tujuan pertama manajer seharusnya
mendorong terbentuknya hubungan dengan atasan, kelompok, dalam organisasi
maupun diluar organisasi untuk mendapatkan berbagai jenis dukungan, umpan balik
dan nasehat. Hubungan yang demikian hanya akan bermanfaat jika manajer baru mau
mengambil resiko membuka diri tehadap kritik yang membangun.
Dengan memperhatikan hal-hal diatas sebagai manajer baru anda dapat beradaptasi
dengan baik. Yang perlu diingat, sebagai manajer baru anda jangan langsung
mengharapkan dapat bekerja dengan efektif seperti seorang manajer yang sudah
bekerja 5 tahun. Setiap orang tentu perlu waktu untuk beradaptasi dengan tugas
baru. Tapi bukan berarti bawahan akan terus-terusan toleran dengan kesalahan
yang dibuat oleh manajer baru. Jadi pergunakanlah semua sumber daya yang ada
dan berusahalah semaksimal mungkin untuk mempelajari dengan cepat tugas-tugas
baru seorang manajer. Semoga bermanfaat. Salam sukses dari Roemah Prestasi.
Boleh dibilang saya ini manajer kelas kambing atau manajer - manajer-an. Jabatan sih sudah manajer, tapi kemampuan masih jauh untuk disebut manajer. Thanks for sharing.
ReplyDeletehttp://karyawansejati.blogspot.com
👍👍👍
ReplyDelete